Kamis, 23 Agustus 2012

Tips Perawatan Perkutut

Merawat perkutut harus dilandasi perasaan kasih sayang, agar burung selalu sehat dan rajin berbunyi seperti yang diharapkan. perawatan utama berupa pemberian makan.selain harus betul dan bersih.

Perkutut umumnya menyukai makanan berupa biji-bijian karena sejak kecil sudah bisa diberi biji-bijian itu.

Kalau burung sudah mulai berbunyi, pemberian makan di kasih berupa millet dan gabah saja atau dengan makanan olahan. bahannya terdiri dari campuran ketan hitam,millet, canary seed, jewawut, dengan bumbu berupa kencur, jahe, bawang putih, madu,kuning telur ayam kampung, lada putih, dan garam dapur beryodium.

Makanan olahan yang telah jadi untuk perkutut bisa di beli di toko makanan burung akan tetapi kalau ingin membuat sendiri, resepnya sebagai berikut:
  1. 1 kg millet
  2. 2 sampai 3 butir telur,diambil kuningnya
  3. 1 kg gabah
  4. 2 siung bawang putih
  5. 1/4 kg ketan hitam
  6. 3 jari tangan jahe
  7. 1/4 kg canary seed
  8. 3 jari tangan kencur
  9. 1/8 kg jewawut
  10. ½ sendok makan garam
  11. 5 sendok makan madu
  12. ½ sendok teh lada putih
Bumbu berupa kencur, jahe, bawang putih, lada putih, dan garam ditumbuk sampai hancur kuning telur dikocok sampai mengembang, lalu diberi madu lebah dan dikocok lagi sampai tercampur betul. setelah madu telur itu tercampur, bumbu yang telah ditumbuk tadi dicampurkan pada telur dan madu, diaduk-aduk sampai rata.

Ketan hitam, millet, gabah, canary seed, dan jewawut, sebelum dicampurkan dicuci bersih dulu di buang yang mengambang lalu ditiriskan, digelar dalam tempeh atau sejenisnya.selanjutnya dijemur sampai kering.biji-bijian yang sudah kering inilah yang dicampurkan dalam adonan telur madu yang berbumbu tadi

Bahan dicampur aduk samapai rata, kalau perlu diremas-remas dengan tangan.setelah adonan tercampur betul di gongsong (digoreng tanpa minyak) selama kurang lebih dua menit. kemudian diangkat dan dituangkan di atas nyiru, untuk diangin-anginkan di tempat teduh sampai kering dan dingin.

Sumber : bandaraperkutut.8m.com

Perkutut Bakalan

Banyak orang memelihara perkutut, asal memelihara saja. bakalan yang dibeli tidak pernah atau jarang ipilih secara cermat.penggemar. penggemar yang masih baru umumnya kurang tau persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan calo penyanyi yang bermutu. akibatnya, setelah burung dirawat baik-baik dalam waktu cukup lama, ia menjadi kecewa. harapan semula akan mendapatkan burung bersuara merdu,ternyata suaranya kecil, iramanya tidak bagus, anggungannya monoton, sehingga membosankan didengar.

Bagi penggemar yang memiliki cita rasa "seni suara perkutut" yang baik, pengalaman serupa itu jelas tidak menyenangkan. merawat bakalan sampai menjadi perkutut yang rajin manggung tidaklah muda, karena membutuhkan perhatian, waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. lebihparah lagi kalau bakalan dulu dibeli dengan harga mahal pula.

Harus Jantan:

Perkutut yang rajin berbunyi dan manggung dengan baik hanyalah yang jantan.di alam bebas, anggungan burung jantan diperdengarkan untuk memikat calon pasangan betinanya.

Jadi bakalan yang akan dipilih dan dipelihara sebagai burung penyanyi haruslah yang jantan. perbedaan kelamin jantan-betina pada perkutut muda, bisa diketahui dengan merabah supitnya (tulang yang terletak di bawah dubur dan di antara pangkal paha).caranya, tubuh burung dipegang dengan tangan kiri, lalu diraba tulang supitnya dengan telunjuk kanan atau ibu jari.kalau bagian supit itu terasa sempit dan keras, tak diragukan lagi, pasti burung jantan kalau terasa renggang dan empuk, pasti burung betina. selain itu bentuk kepala burung jantan umumnya agak besar, lonjong memanjang, dan betinanya kecil agak membulat.

Mendapatkan burung jantan saja belum cukup. untuk mendapatkan calon penyanyi yang baik masih diperlukan sejumlah persyaratan, antara lain ciri-ciri berdasarkan katuranggan dan ciri mathi. umumnya bakalan perkutut belum berbunyi yang bisa diharapkan jadi burung penyanyi, tanda-tandanya sebagai berikut:

Kepala. bentuk agak lonjong memanjang (oval melancip seperti buah pinang muda) matanya bersinar ceriah, terang (warna biru muda atau coklat muda), titik hitam pada bola mata besar, bening. paruh tebal, kukuh, tidak terlalu panjang. lubang hidungnya menonjol tinggi ke atas,lubang hidungnya yang lebar tertutup/terlindungi sayap hidung, bersih

Leher. bentuk leher panjang, bagus, tegak lurus dengan posisi kepala yang terangkat seperti dongaknya ular kobra. pangkal leher mengembang, yang merupakan kantong suara.

Badan. dada bidang, punggung agak bungkuk, dan warna lorek-lorek pada bulu badan lembut kulit ketiak lemas, tidak tegang. bulu sayap panjang.bulu sayap yang pertama besar-besar tiap sayap terdiri dari 21 sampai 25lembar bulu. perkutut yang sudah bunyi sayapnya nglengsreh. bodi badan singset.

Kaki. sikap berdirinya sangat kokoh, mantap, dengan capit udang (tulang paha)kanan kiri merapat. jari kaki panjang. sisik kaki kasar, tersusun rapih di bawahdan pada sisik akhir ditutup dengan sebuah sisik besar. warna sisik agak kemerahan,kehitaman, pada telapak kaki bertitik putih.

Ekor. bulu ekor panjang dan mengumpul, makin ke ujung makin mengecil.tombol ekor alias brutu besar, tinggi meruncing dan mendongak ke depan.

Burung bakalan dengan tanda-tanda seperti di atas, besar harapannya menjadi burung yang rajin manggung nantinya, kalau betul-betul dirawat dengan baik.

Lebih bagus lagi kalau bakalan yang akan dibeli itu adalah burung yang telah cukup lama dipelihara orang, dan sudah berbunyi. karena yang paling tepat dalam memilih perkutut adalah dengan mendengarkan bunyi suaranya.

Calon indukan Yang Baik

Syarat utama agar perkutut bisa diternak, mereka sudah jinak atau sudah lama dipelihara.pejantan dipilih dari burung yang suaranya bagus, sehat, rajin berbunyi dengan irama yang baik karena tujuan menernak perkutut ini adalah mendapatkan keturunan yang bunyi suaranya setaraatau mendekati kebagusan bunyi suara induk jantannya

Setelah bunyi suaranya diletahui mutunya, barulah ciri-ciri fisik burung diperhatikan.seberapa jauh hubungan ciri-ciri bentuk anggota badan dan dengan kemerduan bunyi dan volume suaranya ?

Induk betina bisa dibedakan dari pejantannya dengan meraba atau mengamati supitnya (tulang yang terletak di antara oaha dan dibawah anus) burung yang supitnya rapat, biasanya jantan.sedang yang longgar dan lemas biasanya betina. burung betina dahinya tidak berpupur,sedang yang jantan dahinya tedapat semacam bedak keputih-putihan.

Induk betina dipilih yang badannya sehat, jinak, dan sudah cukup umur. walau umur 6 bulan sudah bisa mulai dijodohkan,paling bagus kalau diternak pada umur sekitar 10 bulan.karena pada usia yang lebih tua, sifat keibuannya lebih menonjol, terutama ketika merawat anaknya.

Untuk mendapatkan keturunan yang baik, harus diketahui betul sifat-sifat kedua calon induk perkutut. jangan sembarangan menjodohkan dan bertindak untung-untungan karena car itu bisa mengecewakan, yaitu keturunan yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan.

Sepasang induk yang baik, kalau diternak dengan baik, selama satu tahun bisa diharapkan beranak 4 - 6 kali.

Perkutut tidak terlalu memilih tempat untuk bersarang dimana saja wadah sarang di taruh,ia akan mengatur sendiri sarangnya untuk bertelur. umumnya ia lebih cepat bersarang di tempat terbuka dibanding tempat tertutup. di daerah yang banyak hujan, menaruh sarang di tempat terbuka sering kurang menguntungkan adanya kotak sarang untuk menaruh wadah dan bahan sarang akan sangat menolong keselamatan induk dan anaknya dari pengaruh udara dingin dan kelembapanudara basah

Tempat sarang yang wadah sarangnya berupa keranjang, bangunan sarangnya seringkali berbentuk cekung. dalam sarang ini penetasan telur sering kali gagal, karena burung yang mengeram tidak merasa santai dan cepat lelah. akan tetapi kalau tempat sarang berupa wadah yang

kedalamannya dangkal atau datar, maka bentuk sarangnya pun datar.pada sarang datar ini induk perkutut bisa santai dan mengeram berjam-jam.

Sumber : bandaraperkutut.8m.com

Gantangan Perkutut

Hampir semua pemilik perkutut mempunyai gantangan di rumahnya.gantangan atau kerekan adalah tiang tempat sangkar burung digantung sampai pada ketinggian tertentu. fungsinya adalah untuk melatih burung bernyanyi atau manggung.di samping memberi kesempatan burung memperoleh udara segar dan sinar matahari.

Perkutut yang digantang akan merasa gembira menikmati alam sekitarnya, yang memberi suasana lain ketika ditaruh di dalam rumah dan dengan sendirinya ia akan bernyanyi. tanpa di gantang pun sebenarnya perkutut tetap bisa bernyanyi. namun bila berada di atas gantangan ia akan lebih besar meluapkan rasa kegembiraannya.

Ada tiga macam gantangan, berdasarkan bahan yang digunakan. gantangan bambu gantangan besi, dan gantangandari pohon hidup.gantangan bambu dan besi bisa diletakkan di sembarang tempat. tetapi akan lebih baik kalau diletakkan di tempat yang tenang, tidak ramai oleh bidingnya bunyi-bunyian dan cukup jauh dari jalan besar namun ada juga orang yang menaruhnya dengan sengaja ditempat yang agak ramai tujuannya untuk melatih burung terbiasa dengan lingkungan sekitarnya.

Gantangan dari bambu dan besi tingginya 8 meter. khusus gantangan bahannya dipilih yang lurus, dan bagian bawah yang ditanam dicat dulu dengan aspal atau yang lainnya agar tak mudah lapuk. jarak antara gantangan berjahuan, sekitar 2 - 3 meter. kalau tempatnya terbatas , gantangan bisa dibuat berselang - seling,ada yang pendek ada yang tinggi.

Gantangan pohon hidup atau gantangan pendek yang terletak dekat pohon, biasanya dipakai untuk menggantung bakalan yang masih sangat muda, agar memberikan suasana yang alami pada burung itu. gantangan terbaik adalah pada dahan pohon karena biasanya perkutut liar manggungnyadi pepohonan. akan tetapi gantangan pada pohon ada kelemahannya, yakni:

- Kurang mendapat sinar matahari,sehingga burung mudah terserang penyakit pilar

- Kalau kurang teliti mengawasinya bisa diganggu semut.

- Kalau lupa membawa masuk ke dalam rumah, malamnya bisa diganggu tikus pohon.hama itu tidak cuma menyikat makanannya saja, tetapi burungnya juga dimangsa.

Menggantang perkutut dimulai ketika matahari terbit, dan diturunkan pada siang hari sekitar pukul 11.00 - 12.00 burung yang sudah jadi jangan terlalu sering di gantang,maksimal 2 kali seminggu, agar tidak jenuh. tetapi untuk bakalan, boleh digantangan setiap hari, asalkan cuacanya baik dan diturunkan sekitar pukul 11.00

Sumber : bandaraperkutut

Kehidupan Perkutut di Alam Bebas

Perkutut umumnya hidup berpasangan. kadadang-kadang ada yang sendirian, ada pula yang hidup bergerombol. Mereka mempunyai kebiasaan turun ke tanah di kebun-kebun, tegalan, padang rumput, halaman rumah di dekat hutan untuk mencari makan. Makanannya berupa biji-bijian yang berasal dari rerumputan. Burung-burung ini bisa didekati sampai jarak beberapa meter.

Kalau merasa dirinya terancam, mereka akan terbang cepat.tetapi terbangnya pendek-pendek , walau dapat pulaterbang jauh menempuh jarak yang panjang.kalau memanggil pasangannya,burung ini mengeluarkan suara pendek berulang-ulang.suara ini dibarengi dengan gerak mengangguk-anggukkan kepala,membuka sayap, mengangkat dan membeberkan ekor, sehingga ujung bawah ekornya yang berwarna putih tampak jelas.

Di pulau jawa perkutut liar ini berkembangbiak antara bulan april-juni. musim pembiakan ditandai dengan kegiatan membuat sarang pada pohon atau semak yang tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah . sarang terbuat dari bahan tumbuhan lapisan bawah terdiri dari bahan yang kasar, lapisan atas berupa bahan yang lebih halus.bentuk sarang, kecil, datar. pembangunan sarang dibuat bersama-sama dengan pasangannya.

Burung betina bertelur 2 butir.warna telur putih. bentuk oval, dengan kedua ujung hampir sama besar. berukuran 23 x 17 mm. telur dierami secara bergantian oleh kedua induknya. malam hari pengeraman biasanya dilakukan induk betina.lama pengeraman 2 minggu.

Anak yang menetas dalam keadaan "prematur", tidak berbulu dan mata masih tertutup kepala lebih besar dibanding ukuran tubuh.belum dapat bergerak, kecuali membuka mulutnya saja. anak ini dirawat,dijaga dan dilindungi oleh induknya.diberi makan berupa cairan seperti susu yang dihasilkan oleh kedua induknya.cairan ini di sebut pigeon milk.

Dalam memberi makan dilakukan secara aktif. mula-mula anak memasukkan ujung parunya ke dalam tenggorokan si induk, selanjutnya dengan gerakan-gerakan tertentu si induk memuntahkan isi tembolok yang luruh masuk ke dalam mulut si anak berupa seperti bubur.

Kalau anak sudah cukup besar, mendapat makanan berupa biji-bijian setengah tercerna yang juga berasal dari tembolok induknya. mengasuh dan memelihara anak serupa ini berlangsung samapai sang anak mampu terbang meninggalkan sarang.

Setelah mampu keluar sarang, bantuan kedua induknya masih tetap diberikan,sampai anaknya benar-benar mampu berdikari.anakyang sudah mantap bisa mencari makan sendiri, berpisah dengan kedua induknya, dan membangun keluarga baru dengan pasangannya.

Sumber : bandaraperkutut.8m.com

Membangun Sarang Perkutut

Yang bertugas membangun sarang adalah betinanya,sedang jantannya membantu mengumpulkan bahan-bahan sarang. dalam masa jodoh ini (kawin, membuat sarang,bertelur, mengeram, merawat, dan menyapih anak )antara burung jantan dan betina saling kerja sama dalam melaksanakan tugasnya. kerja sama ini dimulai sejak membuat sarang telur.

Setelah 7-10 hari perkawinan berlangsung induk betina bertelur. telurnya kecil sebesar biji kelereng.jarak telur pertama dan kedua hanya berbeda satu hari saja.

Burung yang sudah bertelur harus dijaga ketenangannya jangan sampai ada orang yang mengganggu dan mengejutkannya.kalau terganggu, mereka tidak mau mengerami telurnya pengeraman telur berlangsung selama 14 - 16 hari , yang dilakukan secara bergantian. burung jantan mengeram siang hari, betinanya malam hari .

Bersamaan dengan sifat mengeram itu, produksi hormon prolaktin pada induknya mengalami peningkatan, karena pengaruh hormon progesteron tandanya terjadi perubahan sel-sel epithel di kantung tembolok, berupa penimbunan bahan mirip lemak yang disebut "susu tembolok" setelah anak menetas, susu ini disuapkan pada anaknya. produksi susu ini akan berhenti setelah anak berumur 10 hari.

Kandang Perjodohan Perkutut

Kandang perjodohan untuk ternak perkutut tidak menuntut bentuk tertentu. yang penting praktis, mudah dipakai, sehat, keselamatan burung terjamin, aman, dan keadaannya cukup tenang.

untuk pasangan induk perkutut, kandangnya bisa dibuat dengan ukuran panjang 1,5 meter, lebar 60 - 75 cm dan tingginya 1,80 meter.lebih ideal ukuran panjang 2 meter, lebar 90 cm - 1 meter dan tinggi tetap 1,80 meter karena sesuai dengan lebar kawat 90 cm. manfaatnya agar burung lebih leluasa bergerak.

Kerangka kandang bisa dibuat dari aluminium, kayu atau besi,dindingnya dan atasnya dari kawat yang lubangnya berukuran 1/2 cm x 1/2 cm, atapnya dari asbes. atap kandang separuh terbuka,agar sinar matahari dapat masuk, lantai kandang berpasir atau berupa plester saja. sekeliling kandang terdapat selokan air, yang diberi ikan kecil-kecil. selokan ini berguna untuk mencegah hama (semut, tikus dll )yang biasa mengganggu ketenangan burung.

Arah kandang sebaiknya menghadap ketimur, agar sinar matahari pagi langsung masuk ke dalamnya.lantai kandang dilapisi pasir, yang berguna untuk mempercepat pengeringan kotoran dan menyerap air.kawat kandang di cat warna gelap agar kita bisa mengontrol burungnya dengan jelas dan tidak silau oleh pantulan sinar matahari. ruangan kandang yang baik adalah bersih, bebas dari angin keras yang langsung masuk , suhu antara 25 - 30 derajad celcius , kelembapan 60 - 70 %.

Kandang terletak di tempat yang mudah diawasi, tetapi lingkungan sekitarnya tidak sepi dari lalu lintas manusia. kalau kandang terletak terpencil, burung bisa kurang pergaulan dan takut melihat manusia.

Dalam kandang ini sediakan juga kayu tenggeran (tempat hinggap) 2 - 3 buah, satu melintang di depan wadah sarang, lainnya ditempat lain.jarak dinding sangkar dengan tenggeran sekitar 20 cm. sehingga kalau burung hinggap di atasnya dan membelakangi dinding sangk

Menjodohkan Perkutut

Menjodohkan perkutut gampang-gampang susah. ada yang sekali kenal,langsung lulut (akrab) dan jodoh. ada yang harus berganti-ganti pasangan dulu berulangkali,baru saling cocok, bisa jodoh dan mau kawin.

Pasangan yang tidak cocok, biasanya saling mematuk. selama proses penjodohan ini. perhatian dan pengawasan dari pemilik/peternak sangat diperlukan. jangan sampai burung yang di jodohkan atau diperkenalkan itu berantem hebat, luka-luka, dan ada yang menjadi korban. karena burung jantan lebih agresif dari betina, sebaiknya diserit (di potong bulu sayapnya) agar gerakannya tidak selincah burung betina.dalam penjodohan ini kedua induk burung dicampur dalam satu kandang yang cukup lebar, agar burung betina leluasa menghidar kalau tidak menyukai jantannya.

Sepasang burung yang sudah jodoh, akan terlihat akrab danbermesraan. pada waktu tidur, mereka berdampingan. perkembangan lebih lanjut, mereka akan bercciuman dan kawin. cara kawinnya unik. tidak sekali naik, lalu kawin.tetapi berkali-kali naik dari sebelah kiri lalu turun ke sebelah kanan, dan sampai beberapa kali sambil pejantannya berbunyi "kuk kuk kuk wer". setelah nafsunya terangsang tinggi, baru perkawinan terjadi.setelah perkawinan terjadi,pasangan itu sibuk membuat sarang

Bagi pasangan yang tidak mengadakan reaksi dan kalau di campur selalu kejar-kejaran kalau sampai satu dua bulan tak mau cocok, pasangan itu memang bukan jodohnya.sebaiknya di pisah saja, ganti pasangan lain yang memenuhi selera.

10 Langkah Beternak Perkutut

Kepada teman-teman dan para pembaca terutama penggemar perkutut pemula yang belum sempat membaca artikel ini dari Mingguan Agrobis, berikut ini disampaikan ringkasan dengan sedikit modofikasi tentang cara beternak perkutut yang disarankan yang dibagi dalam 10 langkah beternak Perkutut yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sekolah perkutut
2. Darah atau blood line
3. Lomba/konkurs atau latber
4. Peternak
5. Calon Indukan
6. Crossing
7. Kandang
8. Menjodohkan
9. Manajemen kandang
10. Pemeliharaan piyik

1. Sekolah perkutut

Sesuatu yang baru yang ingin kita ketahui termasuk beternak, sebaiknya kita belajar mulai yang paling gampang atau terrendah seperti murid sekolah yang belajar dari TK, SD, SMP dan seterusnya sampai S1, S2 dan selanjutnya.
Dalam beternak langkah pertama dan utama yang perlu dilakukan adalah mencari dan memilih Indukan untuk diternakkan. Kalau kita tidak pintar-pintar bagaimana menghadapi trik untuk ini, salah-salah kita bisa babak belur dan habis duit segudang.
Caranya dengan membeli dahulu perkutut piyik yang murah istilahnya “ cepekan “ dan memeliharanya, sambil kita belajar dan memahami berbagai aspek suaranya, makanannya, perawatannya, dan lain-lain. Setelah menjadi dewasa, diharapkan kita sudah paham betul perubahan kualitas dan irama suaranya yang kita inginkan.
 
Bila sudah merasa lebih tahu, belilah perkutut piyik yang harganya lebih mahal, tujuannya sama untuk memantau perkembangan perkutut piyik tersebut sampai dewasa. Demikian seterusnya kita berusaha untuk meningkatkan kualitas perkutut dengan kemampuan dana yang tersedia. Dengan demikian kita akan terhindar dari gorokan para peternak yang tidak bertanggung-jawab dan juga terhindar dari seloroh, “ sekolah perkutut itu biayanya mahal “.

2. Darah atau blood line

Sebagian besar peternak sukses mengatakan bahwa unsur darah keturunan yang mengalir pada seekor perkutut atau disebut “ Trah “ sangat menentukan kualitasnya. Walalupun ada sebagian peternak yang percaya bahwa kualitas suara seekor perkutut dapat diciptakan dengan melakukan “ crossing “. Penulis meyakini bahwa Trah darah seekor perkutut semula juga hasil dari sebuah kerja lama dan panjang memalu sebuah penelitian dengan berpedoman pada ilmu crossing dari hukum Mendel.
Karenanya untuk membeli perkutut piyik, selain mengamati suaranya, juga sebaiknya perkutut piyik tersebut mempunyai aliran darah yang jelas dan bagus.

3. Lomba/konkurs atau Latber

Datang, melihat dan mendengarkan suara perkutut yang dilombakan atau konkurs, juga pada waktu latihan bersama, sambil bertanya kepada peternak atau penggemar perkutut yang lebih tahu ( senior ), merupakan tempat belajar yang terbaik. Dengan cara ini kita akan semakin paham bagaimana suara perkutut yang baik dan benar. Ingat akan pepatah : “ Malu bertanya, sesat dijalan “.
Pada kesempatan itu, kita juga bisa mengetahui secara langsung atau tidak langsung harga seekor perkutut berdasarkan kualitas suaranya. Tujuannya agar kita tidak jadi korban dan disembelih oleh peternak nakal ketika kita akan memilih dan membeli calon Indukan untuk diternakkan.

4. Peternak

Untuk membeli perkutut calon Indukan, mau tidak mau kita harus dating ke Peternak tertentu untuk memilih dan membeli bibit perkutut. Di Tanah Air kita sekarang ini, sudah banyak bahkan ribuan Peternak dari yang berskala kecil, sedang sampai besar dengan beribu-ribu kandang.
 
Sebelum menentukan pilihan untuk membeli, disarankan untuk mendatangi beberapa Peternak sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan baik kualiats dan harganya. Dan jangan punya pemikiran yang salah bahwa Peternak kecil atau sedang tidak memiliki perkutut yang kualitasnya bagus dengan harga yang miring dibandingkan Peternak besar yang sudah terkenal dan punya nama. Dan nongkronglah beberapa jam untuk mendengarkan suara perkutut baik piyik hasil ternakan maupun Indukannya juga trah darahnya. Pada Peternak yang sudah mapan biasanya memiliki ciri khas piyik hasil ternaknya, misalnya rata-rata suaranya Cowong, atau ujungnya ndelosor atau depannya menjerit, dan lain-lain. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kesukaan dari Peternaknya, bila si Peternak kesukaannya yang suaranya cowong, maka hampir dipastikan perkutut hasil ternakannyapun rata-rata bersuara cowong, dan sebagainya.
 
Peternak yang sudah mapan rata-rata sudah beternak secara intensif selama 2(dua) tahun lebih, sehingga beberapa Indukannya sudah memakai anakan sendiri yang pilihan F2 atau F3 dan hanya sebagian berupa Indukan dari luar sebagai kelengkapan atau untuk memenuhi permintaan yang sedang trend.
Sedangkan Peternak yang belum mapan antara lain ditandai dengan variatifnya Indukaannya dan sedang mencari-cari bentuknya. Dan biasanya harga piyiknya relatif masih murah dibandingkan dengan Peternak mapan dengan kualitas yang sama.

5. Calon Indukan

Agar lebih cepat menghasilkan anakan, yang paling tepat membali calon Indukan yang sudah berumur sekitar 4(empat) bulan dimana waktunya tepat dan mudah untuk mulai dijodohkan, sehingga pada umur 5-7 bulan sudah bisa mulai bertelor. Dan sebaiknya dipilih yang Betina lebih tua kira-kira sebulan dari Jantannya. Berbeda dengan yang sudah berumur biasanya susah dijodohkan atau yang Betina sering dikejar-kejar oleh si Jantan yang biasanya lebih agresif/galak.
Calon Indukan yang bagus sebaiknya dipilih yang mempunyai suara sbb. :

* Suara depan, tengah dan ujungnya bagus.
* Irama suaranya dengan ketukan yang agak renggang dan lelah/senggang.
* Latar atau air suaranya cowong dan tembus baik yang bervolume besar atau kecil, jangan yang suaranya basah dan serak.
* Juga jangan dilupakan aliran trah darahnya dengan silsilah yang jelas.
* Perhatikan juga bentuk tubuhnya apakah serasi dan tidak ada yang cacat.

6. Crossing

Setelah mendapatkan beberapa calon Indukan Jantan dan Betina, langkah selanjutnya adalah menyilangkan pasangan perkutut berdasarkan dasar suaranya masing-masing untuk dapat menghasilkan perkutut yang kualitas suaranya lebih bagus. Disini kita dituntut untuk mempelajari cara ilmu croosing yang benar dan baik dengan cara belajar dari membaca buku-buku secara teori atau belajar langsung kepada sejumlah Peternak sukses ynag pada umumnya sudah paham tehnik silang menyilang..
 
Jalan pintas lain yang lebih mudah, yaitu dengan meniru atau memfotocopy salah satu kandang yang sudah jelas Indukannya dan hasil anakannya bagus dengan membeli adik atau saudaranya dengan resiko yang jelas harganya pastilah mahal dan hasil anakannya tidak dijamin akan sebagus seperti aslinya..

7. Kandang

Setelah kita mendapatkan beberapa pasang calon Indukan yang dinilai cocok dan pas untuk diternakkan, maka persiapan selanjutnya adalah kandangnya.
Tidak ada ketentuan yang pasti berapa ukuran kandang yang baik, yang penting dan perlu diperhatikan adalah seberapa luas lahan yang tersedia dan ukuran kandang disesuaikan dengan lahan yang ada tersebut. Juga untuk effisiensi bahan yang biasanya dibuat dari bahan kawat, maka biasanya tingginya bisa 45, 90, 135 atau 180 cm sesuai ukuran lebar kawat, sedangkan lebar dan panjangnya disesuaikan, dan yang ideal yang disarankan adalah ; lebar : 60 cm, panjang ; 100 – 180 cm. Bahkan dengan ukuran kandang : 50(L) x 60(P) x 50(T) dapat digunakan untuk beternak dengan syarat tidak sering dipindah-pindah dari tempatnya, terutama selama dalam masa mengerami telornya. Dan lantai bisa dibuat dari tanah biasa atau yang berpasir, juga bisa berupa lantai bersemen. 
 
Demikian pula atapnya dapat dari bahan genting, asbes atau apa saja. Yang sangat perlu diperhatikan antara lain harus mendapat sinar matahari pagi, kelembaban cukup, jarak atap ketempat sarangnya tidak terlalu dekat agar tidak terlalu panas. Dan usahakan tikus, kucing dan binatang sejenisnya mbisa masuk kekandang, termasuk semut dan cicak. Bahannya juga bisa kayu, besi ataupun aluminium tergantung kemampuan anggaran yang tersedia.
 
Letak kandang sebaiknya tidak dekat dengan sumber suara yang berisik, tetapi sebaiknya juga jangan ditempat yang sepi yang jarang dikunjungi manusia/orang, perkutut akan semakin terbiasa dan merasa nyaman jika sering dikunjungi dan bertatap muka dengan manusia/orang.

8. Menjodohkan

Tehnik menjodohkan juga perlu diketahui dengan baik, sebab kedua calon Indukan tidak begitu saja langsung jodoh, tetapi membutuhkan proses untuk saling kenal terlebih dahulu dengan cara antara lain keduanya ditempatkan pada sangkar terpisah dan setiap hari selalu disandingkan. Setelah satu atau dua minggu, setelah kelihatan keduanya sudah saling kenal dengan tanda-tanda saling mengangguk-angguk dan kalau tidur malam hari selalu ingin berdekatan. Maka keduanya disatukan tetap dalam sangkar kecil dahulu untuk beberapa hari.
 
Waktu yang tepat untuk memasukkan ke kandang ternak adalah sore hari dengan sebelumnya kedua perkutut cvalon Indukan tersebut dilolohi kacang hijau yang sudah direndam sampai lunak, vitamin-E, minyak ikan, B-kompleks dan sedikit dibasahi badannya, diharapkan malam harinya akan tidur berdekatan bersama.
Beberapa minggu kemudian keduanya akan melakukan perkawinan dan siap untuk bertelor, jangan lupa untuk disiapkan sarang dari anyaman rotan yang diberi daun cemara atau rumput kering untuk meletakan telor-telornya.
Bila ternyata masih belum jodoh atau biasanya yang Jantan galak, maka si Jantan ditangkap dan dimandikan atau kalau perlu digodi ( sayapnya diikat 5-6 lembar ) dan kemudian dimasukkan kandang kembali.

9. Manajemen kandang

Setiap kandang sebaiknya diberikan tanda-tanda misalkan dengan Nomor atau Nama terserah apa saja sesuai kemauan masing-masing. Juga ada baiknya dibuatkan catatan pasangan Indukan dari BF dengan ring apa, tanggal lahir, dll/
Perhatikan kapan setiap pasangan pada kandang masing-masing sudah mulai melakukan perkawinan, untuk keperluan disiapkan sarangnya. Buatkan catatan khusus ( kalau perlu dengan komputerisasi ) kapan mulai bertelor, kapan diperkirakan menetas setelah 14-15 hari mengeram, bagaimana hasilnya ( menetas semua atau tidak hanya satu atau bhakan tidak menetas semua ), periksa keadaan telor yang tidak menetas untuk mengetahui penyebabnya, dll.
 
Pasanganlah Ring di salah satu/kedua kakinya pada umur piyik sekitar 7-9 hari dan selanjutnya terserah kita apakah piyik tersebut akan tetap dikembalikan untuk diasuh oleh Induknya atau akan dititipkan Puter sebagai Induk asuh pengganti. Yang perlu diperhatikan, kalau akan menggunakan jasa Puter haruslah yang sedang mengeram paling tidak sudah 10 hari dimana Puter sudah menghasilkan susu ditemboloknya. Jasa indukan pengganti juga bisa dilakukan oleh Diamond Dove yaitu sejenis Perkutut berasal dari Australia yang tubuhnya lebih kecil.
Pada edisi yang akan datang dengan topik yang lain akan kita bahas bagaimana menetaskan telor perkutut dengan menggunakan jasa Puter atau Diamond Dove yang tujuannya untuk membuat Indukan favorit kita bertelor lebih produktif dan menghasilkan anakan piyik lebih banyak.

10. Pemeliharaan piyik

Piyik-piyik setelah berumur 1-1.5 bulan sebaiknya sudah mulai dipisahkan dari Induknya baik Perkutut maupun Puter/Diamond Dove, sebab mereka sudah bisa mulai makan sendiri dan biasanya Indukannya juga sudah enggan meloloh dan sudah mulai melakukan perkawinan lagi.
 
Piyik-piyik tersebut ditempatkan didalam sangkar kayu ukuran 50(L) x 70(L) x 50(T) cm sebanyak 8-10 ekor bersama-sama, kalau perlu diberikan lampu untuk pemanas terutama pada malam hari atau udara dingin pada musim penghujan.
Sebaiknya tiap-tiap piyik diberikan vitamin tambahan antara lain berupa ; B-komplek, minyak ikan, kalsium dan obat cacing sebelum dimasukkan ke sangkar kayu tersebut.
Usahakan minimum setiap hari setidaknya dua hari sekali dijemur dari jam 08.00 sampai jam.11.00, agar mendapat sinar matahari pagi dan ultra violet yang cukup untuk kesehatan tubuhnya. Dan pada minumannya diberikan Vitamin tambahan dua kali seminggu untuk menambah daya tahan tubuhnya.
 
Menginjak umur 3(tiga) bulan, bila dikehendaki piyik-piyik tersebut sudah dapat dipisahkan dan masing-masing dimasukkan ke sangkar soliter agar dapat lebih mudah untuk memantau suaranya dan menentukan kualitas suaranya tersebut.
Selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan penilaian apakah Indukan kandang tertentu sudah benar atau kurang benar, sehingga perlu dilakukan perombakan pasangan Indukannya dalam usahanya untuk selalu meningkatkan mutu kualitas suara.

Selamat mencoba dan mudah-mudah berhasil.

Edisi No.2 - Jakarta, 25 Agustus, 2000.
Sumber : Mingguan Agrobis, Minggu III – Mei 1998

Meramalkan Prestasi Suara Burung Perkutut Lewat Katuranggan

Pengetahuan mengenai katuranggan sangat penting bagi penggemar perkutut, karena dapat dijadikan pegangan penting untuk memilih dan meramalkan prestasi suara burung perkutut.

Katuranggan berasal dari kata turangga yang berarti kuda, kata Purbasasmita ketika berlangsung Seminar Perkutut di Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta. Tapi dapat juga berasal dari kata katur dan angga. Katur berarti menyampaikan, dan angga berarti badan. Jadi katuranggan adalah pengetahuan yang menyampaikan pengertian tentang bentuk - bentuk badan. Dalam bahasa Belanda, istilah katuranggan dikenal dengan sebutan exterieur ( bentuk lahiriah, bagian badan yang nampak diluar ).

Bagi para penggemar perkutut tempo dulu, katuranggan memegang peran utama ( selain bunyi suara ) dalam memilih perkutut bakalan untuk dijadikan burung kesayangannya. Sebab dengan berpegang lewat pengetahuan katuranggan, orang dapat meramalkan prestasi suara burung perkutut nantinya. Dengan demikian orang dapat menimbang, mana perkutut yang pantas dipelihara lebih lanjut dan bisa diharapkan keluar suara emasnya. Dan mana yang tidak.

Menurut Purbasasmita yang dikenal sebagai Empu Perkutut dan perajin perak Kota Gede ini, terdapat beberapa bagian yang bisa diamati untuk menentukan mutu perkutut. Diantaranya yang penting :

A. Bentuk kepala dari samping
1. Burung perkutut yang bentuk kepalanya njambe nom ( seperti buah jambe atau pinang yang masih muda ), diperkirakan mutu suaranya bisa ngepol ( maksimal ) dan keindahan suara tersebut akan terus bertahan sampai burung berusia tua.

2. Burung perkutut yang bentuk kepalanya mbeton nongko ( seperti biji nangka ), diperkirakan bunyi suaranya akan bisa bertahan sampai tua, akan tetapi keindahannya tidak dapat mencapai maksimal.

3. Burung perkutut yang bentuk kepalanya nggobog ( seperti uang logam ), diperkirakan mutu suaranya akan terus meningkat sampai pada usia tengahan atau 3 rambahan ( sekitar 24 tahun, karena per rambahan = 8 tahun ), kemudian akan menurun sesuai dengan umurnya.

4. Burung perkutut yang bentuk kepalanya mbungkul bawang ( seperti bungkul atau siung ( umbi ) bawang putih ), diperkirakan mutu suaranya tidak menentukan. Kadang dapat baik dan mengejutkan, tapi dapat juga mlempem, tak ada kemajuan.

5. Burung perkutut yang bentuk kepalanya nakir kuwalik ( takir terbalik , takir adalah tempat makanan / sesaji terbuat dari daun pisang berbentuk segi empat ), sulit diharapkan suara baiknya.

B. Bentuk paruh badan dan ekor
1. Burung perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya ngepel ( seperti buah kapel / burahol ) dan bentuk badannya tuntut gedang ( seperti kuncup bunga pisang ) serta bentuk ekornya meruncing dengan garis - garis bulu yang jelas, burung ini bisa diharapkan tengahnya ( ketek ) bisa terdengar jelas dan baik.

2. Burung perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya nggabah ( seperti gabah atau butiran padi ) dan bentuk badannya nongko sanglundung ( seperti buah nangka ) serta bentuk ekornya panjang dengan garis - garis bulu yang jelas tapi tumpul, diperkirakan suara tengahnya agak baik.

3. Burung perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya mapah gedang ( seperti pelepah pisang ) dan bentuk tubuhnya mbluluk ( seperti pentil atau buah kelapa yang masih sangat muda ) serta bentuk ekornya pendek meruncing, diperkirakan suara tengahnya cukup baik.

4. Burung perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruh yang nglombok gede ( seperti cabe besar ) dan bentuk tubuhnya njagung nglobot ( buah jagung yang belum dikupas kulitnya ) serta bentuk ekornya panjang tapi kurang meruncing ( sehingga bulu bertumpuk dan garis - garis warnanya kurang jelas ), diperkirakan suara tengahnya kurang baik.

5. Burung perkutut kalau dilihat dari samping bentuk paruhnya seperti nglombok rawit seperti cabe rawit ) dan bentuk tubuhnya seperti wungkal gerang ( seperti batu asahan pisau yang sudah aus bagian tengahnya ) serta bentuk ekornya mekar seperti kapas, diperkirakan bunyi suara tengahnya kurang sekali, akan tetapi dapat tebal bunyinya.

Petunjuk katuranggan untuk perkutut tersebut berdasarkan pengamatan dan pengalaman orang jaman dahulu, tutur Empu yang menguasai pengetahuan tentang perkutut secara otodidak ini. Dan kita yang hidup dijaman modern sekarang ini harus membuktikannya dan tidak mencemoohkannya.

Sumber : Trubus, Februari 1988